Pages

Monday, August 9, 2010

Saat lebaran tiba 2008th


By : Didi Suardi

Hari mulai terasa gelap, sang surya yang seharian penuh bertugas menyinari alam semesta ini, mulai menengelamkan jasadnya dibalik awan sampei akhirnya ia seolah masuk kedalam perut bumi. Tayangan di tiap statsiun TV pun mulai sibuk berganti propesi dengan menampilkan beberapa tayangan seputar menjelang lebaran di berbagai tempat. Bahkan ada tayangan yang meliput aktipitas malam lebaran di seluruh pelosok dunia. indonesia tampak menjadi tayangan yang cukup meriah di salah satu statsiun TV mesir karena mereka berpikir indonesia adalah negara yang mayoritas beragama islam.

Tapi di mesir sendiri telihat begitu sepi, jika dibandingkan dengan negri kami yaitu indonesia jauh lebih meriah negri kami, karena mungkin tradisi takbiran atau keliling dengan membawa bedug dan pentongan, seta beberapa alat musik lainya seperti kolol, drem dll yang dinaikan di atas mobil itu tidak tampak disini. di indonesia, malam menjelang lebaran adalah mumentum yang sangat tepat untuk melepas kecerian dan juga sebagei rasa syukur mereka. karena hanya latunan takbirlah yang bisa mereka kumandangkan atas segala nikat yang allah berikan selama ini.

Mesir yang menjadi pusat peradaban dunia, dengan sejarah klasiknya mampu menyenarik simpati wisatawan asing untuk singgah disana, kalau kita berkunjung ke masjid azhar atau piramit. kita akan menemukan bayak sekali sejarhawan barat dan warawan asing yang menggali informasi yang akan disiarkan di statsiun televisi negara mereka.

Pemasukan devisa Negara pun yang konon katanya hampir sebagianya dihasilkan dari wisatawan asing. bisa kita bayangkan sekian banyaknya orang yang tinggal dan berdomisili di negri fir’aun ini bisa mencapai ribuan atau bahkan puluhan ribu pengunjung, baik itu wisatawan, pekerja, pengamat dan para pelajar. Maka jangan heran jika di tiap-tiap sudut kota terutama di kota kairo banyak menjumpai orang-orang selain warga negaranya sendiri.

Malam lebaran kali ini memang tampak sepi, tidak seperti di negri sendiri, apa lagi jauh dari keluarga, inilah yang memmbuat kami rindu akan mereka. jika dulu kita selau merayakan hari raya idul fitri dengan seluruh anggota keluarga, maka saat ini kami hanya bisa merayaknya dengan teman-teman serumah.

Lebaran kali ini pun, bukan yang pertama melainkan yang ke-empat kalinya, selama itu pula kami tidak pernah lagi merasakan kehangatan kecupan tangan kedua orang tua, walau kami sadari betapa hati ini sangat merindukan mereka. sedih, rasa ingin jumpa masih tetap selalu membara dalam jiwa kami. Tapi harus bagaimana lagi keadaan yang memaksa kami untuk tetap tegar menghadapi semua ini, bergelut dengan keadaan dan harus rela berpisah dengan mereka.

Semoga ini menjadi awal dan akhir yang akan membawa kebaikan.

Ya allah hanya sebuah kalimat syukur dan doa yang dapat kami lantunkan, semoga allah selalu memebrikan jalan terbaik. amiin.

Cairo, 02 Okt 2008. 08:39 . Malam menjelang lebaran.

No comments: