Pages

Monday, August 9, 2010

Malu pada sang Mentari


By : Didi Suardi

Saat kesunyian menjemput keheningan malam
Tepatnya di teras depan, yang berlantaikan enam
Ku terdiam, sambil menatap sang Rembulan.

Malam hanya di temani sepotong Rembulan dan
Hembusan angin yang terus berlulu-lalang

Dalam sunyi, ku bertanya pada Sang Rembulan
Tapi ia hanya diam
Kemudian ku bertanya kembali,
Hai, sang Rembulan, apakah selamanya kau akan tetap sendirian
Lagi-lagi ia hanya terdiam.

Walau mereka hidup bersama dalam satu putaran,
Tapi waktu tak pernah mengijinkan mereka untuk bertemu.

Apa karena bumi ini yang menghalangi pertemuan mereka
Ataukah ini yang dinamakan taqdir
Entahlah…
Aku juga tidak tahu…

Yang aku tahu, mereka hanya tunduk pada perintah tuhan dan
tak pernah memiliki keinginan untuk bersatu.

Di pagi hari, sang Mentari memancar lebih terang, ku lirikan bola mataku pada jam dinding yang menempel di dekat lukisan temanku.

"Astagfirllah al-azim…"

"kali ini aku kesiangan lagi dan sudah melalaikan perintah tuhan".
Aku malu…
Aku malu pada sang mentari yang sejak tadi terus memperhatikan tidurku
Aku malu pada tuhanku
Aku malu pada pena yang ada di tanganku.

Tuhan... andai masih ada hari esok dan kadang kala aku masih melalaikan perintahmu, suruh pena ini untuk menegurku.

Cairo, 25 mei 2010. 13.22

No comments: