Pages

Tuesday, November 2, 2010

Mimpi, Usaha dan Taqdir

Setiap orang pasti memiliki mimpi, tapi kadang mimpi itu terpendam. Untuk mengutarakan mimpi itu pun terasa berat atau bahkan ada perasaan malu, jika sudah begitu bagaimana mewujudkan agar mimpi itu menjadi sebuah kenyataan.

Ada yang berkata: “Tidak akan ada masa depan jika tidak dimulai dengan mimpi”, lantas bagaimana dengan orang yang tidak pernah bermimpi. Haruskah ia pasrah dengan keadaan, tanpa adanya keinginan, target maupun usaha yang keras.

Malah kadang ada sebagian kawan mengatakan:  “Jangan terlalu banyak bermimpi, nanti kamu bisa gila karena mimpi yang takkan pernah kamu dapatkan. Kita ini manusia biasa harus  tahu diri, kita juga bukan siapa-siapa, bukan anak jendral, bukan juga anak penguasaha, apa lagi kolomerat”. Jelas kata-kata itu masih terngiang-ngiang dalam pikirannya. Ucapan dan gagasan itu lah yang akan membunuh mimpi-mimpinya yang mulai tumbuh di benaknya.

Bagi seorang anak kampung yang hanya tinggal di pedesaan, ia sering sekali mendapatan celaan dan kata-kata yang menjatuhkan, walupun terlihat perkataan mereka itu ada benarnya, seorang yang hanya tinggal di perkampungan mana mungkin akan meraih dan meiliki mimpi-mimpi setinggi menara dan seluas samudra. Itu adalah hal yang tidak mungkin.

Jika saya boleh beranalogi, bukankah orang-orang yang tinggal di kota sekarang ini awalnya dari kampung, karena mereka memiliki keinginan dan didorong dengan usaha yang gigih, akhirnya mereka bisa tinggal di perkotaan dan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, bukan lagi menjadi seorang petani, kuli bangunan yang hanya hidup pas-pasan, upah kerja tiap hari hanya cukup untuk makan sehari-hari, sedangkan untuk hari esoknya ia masih bingung akan mencari kemana.

Dengan mimpi semuanya akan berubah, tapi jika mimpi itu tidak didorong dengan usaha yang keras dan kegigihan niscaya mimpi itu hanya akan menjadi angan-anagan. Dan angan-angan itu lah yang akan menyengsarakannya. Membuat ia merana dalam ketidak berdayaan, mengadu ini itu, tapi disisi  lain ia tak mau introfeksi diri, padahal semua yang terjadi dengan diri kita, semuanya tidak akan lepas dari do’a dan usaha kita.

Haya orang bodoh lah yang hanya mengandalkan takdir, tanpa dibarengi dengan usaha dan kegigihan yang mendorong untuk merubah kaadaan, allah SWT berfirman, yang artinya:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka ”( QS 13:11)

Ayat diatas menunjukan bahwa usaha seorang hamba itu menjadi modal utama untuk merubah keadaan. Mari kita mengambil sebuah ilustrasi. jika kita lapar, maka yang harus kita lakukan adalah pergi mencari pedagang atau kita bisa pergi ke pasar untuk membeli sesuatu, maka dengan begitu kita pun bisa makan dan rasa lapar pun hilang. Nah sekarang yang menjadi pertanyaan. Jika kita hanya diam, tanpa ada usaha. apakah kita akan menapatkan makanan ataukah menunggu takdir atau menunggu ada orang yang membelikan makanan?

Jawabannya hanya ada pada diri kita yaitu berusaha, berusaha semampu yang kita bisa dan allah SWT pun sudah mengatur kadar kemampuan hambanya. allah berfirman dalam surat  Al Baqarah ayat 287, yang artinya :

“Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya”.

Tetap semangat... dan semoga bermanfaat…

Cairo, 27 Okt 2010
By : Didi Suardi

Islam, Pemahaman dan Tindakan

By : Didi Suardi

Sebagian orang ada yang menganggap bahwa islam adalah agama teroris, mencintai peperangan dan syari’at yang diterapkan begitu keras. Mereka perpandangan seperti itu karena melihat aksi-aksi yang dilontarkan oleh sekelompok orang yang mana mereka mengatas namakan islam. Tujuan mereka adalah untuk berjihad, memberantas kemungkaran dan menegakan simbol-simbol keislmanan.

Mereka ingin mengegakan islam, tapi dengan cara yang kurang tepat, islam tidak pernah mengajarkan hambanya untuk bunuh diri, menyakiti sesama muslim, membuat kerusakan dsb. Rosulallah SAW bersabda :

"Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia, maka dia akan disiksa dengan (alat tersebut) pada hari kiamat". Nauzubillah

Aksi-aksi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatas namakan islam, yang menurut pesepsi mereka itu benar, tapi menurut pemahaman islam tidaklah demikian. Bahkan bisa jadi ada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang ingin merusak kreadibilitas islam atau kelompok-kelompok misionaris yang ingin menghancurkan islam.

Kita tahu islam adalah rahmatan lil’alamin, mencintai perdamaian, mengajarkan saling tolong-menolong, menyambung silaturahmi dan memerintahkan untuk saling mengenal satu sama lain. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujarat, ayat: 13:

يا أيها الناس إنّا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوباً وقبائل لتعارفوا
 Artinya : "Hai Manusia, sesungguhnya Kami telah ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu mengkenal".

Islam tidak hanya mengatur urusan dari luar, melainkan juga dari dalam atau yang disebut dengan tarbiyatul qolbi (pembelajaran hati), islam menganjurkan kepada hambanya untuk bersikap sabar, jujur, tanggung jawab, amanah, dermawan, ikhlas, saling memaafkan, dan lain sebagainya.

Islam juga tidak mebedakan satu dengan yang lainnya, baik itu yang kaya maupun yang miskin,  laki-laik maupun perempuan, jendral maupun rakat jelata.  semuanya sama yang membedakan hanyalah keimanan dan ketakwaanya. Allah berfirman dalam surat Al–Hujarat, ayat: 13:

“ إن أكرمكم عند الله أتقاكم”.
 Artinya: "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu".

Kita pun bisa melihat ketika orang-orang muslim hendak akan melakukan shalat, barisan pertama bukan berarti untuk para pejabat, kolomerat, bangsawan, penguasa atau orang orang yang memiliki kekuasan, melainkan untuk siapa yang lebih dulu, maka mereka yang menempati barisan paling depan.

Itu menunjukan bahwa semuanya dihadapan allah SWT itu sama, baik yang mengenakan jas, sorban, kaos, maupunpun yang berpakaian sederhana sekalipun.

Islam tidak hanya mengatur hubungan sesama muslim, tetapi juga mengatur hubungan sesama non muslim, islam memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik, menghargai, toleansi, besosialisasi, bermasyarakat secara baik tanpa adanya permusuhan. Kita pun tidak boleh memerangi mereka (non muslim) dengan tanpa ada alasan ataupun sebab, bukan kah Allah SWT sudah berfirman dalam surat An-Nisa ayat: 90, yang artinya:

“Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu, maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka”.

Dan sesuatu yang berkenaan dengan aqidah dan keyakinan hanya allah lah yang tahu dan allah lah yang memberikan hidayah. Tidak ada alasan bagi kita untuk memaksakan agar mereka masuk islam dan berbuat baik sesuai dengan kehendak kita, kita hanya dianjurkan untuk mengajak dan berdakwah dengan hikmah dan perkataan yang baik. Dan di saat berdebat pun, maka jawablah (pesangkaan mereka) dengan perkataan yang baik pula. Allah SWT berfirman, yang artinya :

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik …” (QS.16:125)

Allah juga berfirman dalam surat Al-Baqarah, ayat: 256

لا إكراه في الدين”... 
 Artinya: Tidak ada paksaan dalam agama (islam)”.

Tetapi jika mereka membangkang dan memerangi kita, maka kita diperintahkan dan diperbolehkan untuk memerangi mereka,  Allah SWT berfirman :

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampui batas” [Al-Baqarah : 190]

Berjihad pun haruslah diiringi dengan ilmu dan pemahaman agama yang baik, karena jihad termasuk semulia-mulianya ibadah dan ketaatan. Dan ibadah tidaklah sah jika tanpa ilmu dan pemahaman agama yang benar. Oleh karena itulah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata : “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu maka dia lebih banyak merusak daripada memperbaiki”.

Semoga bermanfaat…

Cairo, 29 okt 2010. 00.37

Kata, Positif dan Negative

By : Didi Suardi

Indonesia yang dikenal dengan budaya, suku dan tradisinya beberapa tahun terakhir ini muncul bebrapa gagasan/tindakan yang mana itu menyangkut tentang agama (islam), ada yang mengaku sebagai malaikat jibril, Nabi, Imam Mahdi, shalat tanpa gerakan/isyarat dan lain sebagainya. Utungnya hal itu bisa segera diselesikan. Tapi bagaimana dengan sebagian kata-kata yang mencoba memasukan/mengadopsi kata islam didalamnya. Seperti yang kita amati bersama bahwa:

Ada sebagian kelompok yang mengatas namakan dirinya islam radikal, islam misionaris, islam liberal dan lain sebagainya. Mungkin kita tidak sadar atau lupa akan hal ini. Kita melihat, kenapa harus banyak golongan yang mengatas namakan islam, semuanya serba islam, padahal islam sendiri tidak meiliki bagian. “Islam is islam no others”.

Sampai dengan lagu, ada yang mengatakan lagu islami, nashid islami, bahkan disalah satu media ada yang mengatakan pacaran islami. Jika ini tetap dibiarkan, maka lambat tahun akan menjadi budaya dan jika sudah begitu, maka akan sulit untuk dihilangkan.

Saya mulai sadar, kenapa harus ada kata islami. Apakah dengan menambahkan kata islam/islami, semuanya akan sesuai dengan syari’at? Jika saya boleh menjawab, maka jawabah saya adalah “Tidak”.

Sebagian orang berpandangan bahwa penomena seperti ini adalah hal yang biasa, sepele dan sederhana. Jika kita sebagai pemuda masa depan yang peduli akan nilai keislaman, maka seharusnya dan pantas bagi untuk kita besikap kritis dengan apa yang terjadi di sekeliling kita.

Saya ingin mengungkapkan beberapa alasan, kembali kita mengambil kata “Islam Radikal”. Jika mengamati kata “Islam”. kata islam disini memiliki sifat positive sedangkan kata “Radikal” meiliki dampak/kandungan negative. Hal ini tidak bisa dibenarkan, karena dua komponen/jenis yang berbeda. Seperti: air dan minyak, maka selamanya tidak akan pernah menyatu.

Karena percampuran dua sifat yang berbeda yaitu positive dan negative dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah antonim. Seperti: (sehat > < sakit)

Dalam ilmu Matematik pun dijelaskan, jika min dan plus maka hasilnya adalah min. (-2 + 5 = -3). Jadi dengan kata lain tidak ada kata islam radikal, Islam ya islam, radikal ya radikal, tidak bisa disatukan karena memiliki dua makna yang berdeda. Dan perlu kita ketahui bahwa islam hanya lah satu, tidak ada kata islam radikal, maupun islam riberal.

Kata yang kedua, kita mengambil kata “Pacaran islami”, seperti yang telah diapaparkan sebelumnya, bahwa tidak ada islam radikal maupun islam liberal, begitu juga dengan pacaran islami. Ini hanyalah sekelompok pemikiran remaja yang ingin menghalalkan pacaran, islam ya islam, pacaran ya pacara, karena sebetulnya dalam islam itu tidak ada pacaran.

Alasan yang kedua: Jika sebelumnya kita mengambil perspektif menurut ilmu matematik, maka alasan yang kedua kita mengambil dari pelajaran fiqih & hadist. Dalam hal ini kita bisa menarik benang merah dan menganalogikan bahwa jika seorang ingin bershodaqoh, maka barang atau uang yang akan disodaqohkan haruslah halal dan didapat dengan cara yang baik. Tidak boleh didapat dari hasil mencuri, menipu maupun dengan cara korupsi.

Lantas bagaimana, jika shodaqoh tersebut diambil dari uang yang tidak halal, maka sodaqohnya pun tidak sah. Ini sama halnya dengan orang yang berangkat haji, tapi uang yang didapat adalah dari hasil korupsi. Rosulallah SAW bersabda:

"إن الله تعالى طيب لا يقبل إلا طيبا"
“Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik”.  (HR. Muslim)

Dalam hadist lain dikatakan:

"ان الله جميل يحب الجمال" . الحديث
"Allah itu indah dan mencintai keindahan”.

Semoga bermanfaat…

Cairo, 31 Okt 2010. 00.22