Pages

Wednesday, October 26, 2011

Waktu, Kesempatan dan Satu Kepastian


Ada sebuah istilah yang mengatakan: "Kegagalan itu penting karena jika tidak ada kegagalan, maka tidak ada penghargaan untuk keberhasilan."

Setiap insan pasti pernah merasakan kegagalan, tapi bukan berati kegagalan menjadi sebuah nilai yang tak berarti bagi sebuah kesuksesan. Untuk menyulap sebuah kegagalan mejadi sebuah keberhasilan, maka dibutuhkan adanya proses, waktu, usaha, kerja keras dan kesungguhan. Seperti yang kita ketahui bahwa waktu terbagi menjadi tiga bagian: Masa lalu, Masa sekarang dan Masa yang akan datang.

Pertama: Masa lalu, Dari masa lalu inilah kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran agar nantinya tidak jatuh kembali ke lubang yang sama.

Kedua: Masa sekarang, masa yang paling penting, dimana masa yang akan menentukan  sukses dan gagalnya seseorang dikemudian hari karena masa depan dimulai dari sekarang.

Ketiga: Masa yang akan datang, masa yang dinanti-nanti oleh setiap manusia, masa ini yang akan menetukan siapa yang akan menjadi juara, serta mampu meraih mimpi dan cita-cita.

Pepatah lain mengatakan,: "Kita hanya memiliki dua pilihan, kita yang akan melewati waktu ataukah waktu yang akan melewati kita?". Jika waktu dilihat dari segi grametikal kebahasaan, waktu pun memiliki beberapa istilah tersendiri, diantaranya:

·        Waktu dalam bahasa Inggris adalah Time
·        Waktu dalam bahasa Jerman adalah Zeit
·        Waktu dalam bahasa Latin adalah Tempore
·        Waktu dalam bahasa Malaysia adalah Masa
·        Waktu dalam habsa Turki adalah Zaman
·        Waktu dalam bahasa Prancis adalah Temps
·        Waktu dalam habasa Arab adalah al-waktu dan
·        Waktu dalam habasa Italia adalah tempo

Dari sekian banyaknya bahasa yang di gunakan di setiap Negara, pada sejatinya waktu hanyalah satu. Begitupun dengan jumlah bilangannya. Waktu sehari semalam di Indonesia adalah 24 jam, demikin pula di inggris, Australia, eropa dan di nagara-negara lalainya. Semuanya mendapatkan porsi yang sama yaitu 24 jam.

Waktu yang begitu berharganya, sampai setiap orang memiliki persepsi masing-masing terhadap waktu:

·        Bagi orang barat waktu adalah uang.
·        Bagi seorang pelukis waktu adalah karya.
·        Bagi seorang pelajar waktu adalah ilmu
·        Bagi seorang pekerja kuli bangunan waktu adalah upah dan
·        Bagi seorang pejabat nakal waktu adalah kesempatan.

Dari semua istilah diatas dan persepsi yang digunakan, pada hakekatnya waktu akan kembali pada satu kepastian dan satu kenyataan. Atau mungkin waktu hanyalah sebuah angin lalu yang memindahkan seseorang dari masa lalu ke masa yang akan datang, tidak ada hasil, tidak ada karya, waktu tercecer begitu saja di berbagai tempat, di warung, di terminal, di jalan ataupun di tempat-tempat lainnya. 

Dalam waktu tertentu ada orang yang mampu memebuat jembatan layang, pesawat terbang, bangunan megah, segudang karya ilmiyah, dan sebagainya. Dan ada pula yang sama sekali tidak menghasilkan apa-apa. Ia hanya terdiam bermalas-malasan tanpa ada usaha, tetapi ketika kenyataan itu datang, ia selalu menyalahkan kaadaan. Oleh sebab itu allah SWT berfirman dalam sutat Al-'Ashr, yang artinya:

"Demi waktu, sesungguhnya mausia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang orang yang beriman dan mengerjalan amal sholeh."

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib (keadaan) suatu kaum hingga kaum itu sendiri yang akan mengubah apa-apa yang pada dirinya.” (QS. Surah  13:11)

Jika orang non muslim bekerja di dunia hanya untuk mengejar kesenangan dan keduniaan, yang mana sifanya hanya sementara, maka bagi orang islam bukan hanya dunia yang diraih, tapi juga akhirat yang menjadi tujuan. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang beruntung dikemudian hari. amiin.

Cairo, 11 desember 2010
By: Didi Suardi