Pages

Tuesday, November 2, 2010

Kata, Positif dan Negative

By : Didi Suardi

Indonesia yang dikenal dengan budaya, suku dan tradisinya beberapa tahun terakhir ini muncul bebrapa gagasan/tindakan yang mana itu menyangkut tentang agama (islam), ada yang mengaku sebagai malaikat jibril, Nabi, Imam Mahdi, shalat tanpa gerakan/isyarat dan lain sebagainya. Utungnya hal itu bisa segera diselesikan. Tapi bagaimana dengan sebagian kata-kata yang mencoba memasukan/mengadopsi kata islam didalamnya. Seperti yang kita amati bersama bahwa:

Ada sebagian kelompok yang mengatas namakan dirinya islam radikal, islam misionaris, islam liberal dan lain sebagainya. Mungkin kita tidak sadar atau lupa akan hal ini. Kita melihat, kenapa harus banyak golongan yang mengatas namakan islam, semuanya serba islam, padahal islam sendiri tidak meiliki bagian. “Islam is islam no others”.

Sampai dengan lagu, ada yang mengatakan lagu islami, nashid islami, bahkan disalah satu media ada yang mengatakan pacaran islami. Jika ini tetap dibiarkan, maka lambat tahun akan menjadi budaya dan jika sudah begitu, maka akan sulit untuk dihilangkan.

Saya mulai sadar, kenapa harus ada kata islami. Apakah dengan menambahkan kata islam/islami, semuanya akan sesuai dengan syari’at? Jika saya boleh menjawab, maka jawabah saya adalah “Tidak”.

Sebagian orang berpandangan bahwa penomena seperti ini adalah hal yang biasa, sepele dan sederhana. Jika kita sebagai pemuda masa depan yang peduli akan nilai keislaman, maka seharusnya dan pantas bagi untuk kita besikap kritis dengan apa yang terjadi di sekeliling kita.

Saya ingin mengungkapkan beberapa alasan, kembali kita mengambil kata “Islam Radikal”. Jika mengamati kata “Islam”. kata islam disini memiliki sifat positive sedangkan kata “Radikal” meiliki dampak/kandungan negative. Hal ini tidak bisa dibenarkan, karena dua komponen/jenis yang berbeda. Seperti: air dan minyak, maka selamanya tidak akan pernah menyatu.

Karena percampuran dua sifat yang berbeda yaitu positive dan negative dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah antonim. Seperti: (sehat > < sakit)

Dalam ilmu Matematik pun dijelaskan, jika min dan plus maka hasilnya adalah min. (-2 + 5 = -3). Jadi dengan kata lain tidak ada kata islam radikal, Islam ya islam, radikal ya radikal, tidak bisa disatukan karena memiliki dua makna yang berdeda. Dan perlu kita ketahui bahwa islam hanya lah satu, tidak ada kata islam radikal, maupun islam riberal.

Kata yang kedua, kita mengambil kata “Pacaran islami”, seperti yang telah diapaparkan sebelumnya, bahwa tidak ada islam radikal maupun islam liberal, begitu juga dengan pacaran islami. Ini hanyalah sekelompok pemikiran remaja yang ingin menghalalkan pacaran, islam ya islam, pacaran ya pacara, karena sebetulnya dalam islam itu tidak ada pacaran.

Alasan yang kedua: Jika sebelumnya kita mengambil perspektif menurut ilmu matematik, maka alasan yang kedua kita mengambil dari pelajaran fiqih & hadist. Dalam hal ini kita bisa menarik benang merah dan menganalogikan bahwa jika seorang ingin bershodaqoh, maka barang atau uang yang akan disodaqohkan haruslah halal dan didapat dengan cara yang baik. Tidak boleh didapat dari hasil mencuri, menipu maupun dengan cara korupsi.

Lantas bagaimana, jika shodaqoh tersebut diambil dari uang yang tidak halal, maka sodaqohnya pun tidak sah. Ini sama halnya dengan orang yang berangkat haji, tapi uang yang didapat adalah dari hasil korupsi. Rosulallah SAW bersabda:

"إن الله تعالى طيب لا يقبل إلا طيبا"
“Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik”.  (HR. Muslim)

Dalam hadist lain dikatakan:

"ان الله جميل يحب الجمال" . الحديث
"Allah itu indah dan mencintai keindahan”.

Semoga bermanfaat…

Cairo, 31 Okt 2010. 00.22

No comments: